ASKEP GAGAL GINJAL KRONIK


GAGAL GINJAL KRONIK

A.    Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah merupakan gangguan fungsi renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan anemia (Smaltzer, 2001: 1448)
Gagal ginjal kronik adalah keadaan dimana fungsi ginjal sudah tidak mampu mempertahankan cairan elektrolit dan diperlu dilakukan hemodialisis/dialisis peritoneal (Tambayong, 2000: 121).
Gagal ginjal kronik terjadi bila sudah ginjal tidak mampu mempertahankan lingkungan interna yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak dimulai (Long, 1996: 368).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa gagal ginjal kronik adalah destruksi ginjal yang progresif  dan terus menerus disertai dengan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit yang dapat menyebabkan aremia sehingga perlu dilakukan hemodialisis/dialisis peritoneal.

B.     Penyebab
Penyebab gagal ginjal kronik antara lain penyakit imunologis seprti glomeruconefritis, poliartritis nodosa, infeksi seperti precolenfritis kronik, tuberculosis, obstruksi urin, seperti hipertrofi prostate, batu ginjal, kontriksi uretra, neoplasma, penyakit metabolik seperti DM, gout, nefros klerosis benigna, penyakit herediter/bawaan seperti penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal, nefrotoksik seperti analgetika, nefropati timbal, keracunan logam berat lain-lain seperti radiasi, leukimia dan hiperkalsemia (Tambayong, 2000: 123).

C.    Tanda dan Gejala
1.      Cairan dan natrium
2.      Kalium
3.      Diet rendah protein dan nutrisi
4.      Anemia
5.      Asidosis metabolik
6.      Kalsium dan fosfor
7.      Hiperlipidemia
8.      Hiperurisemia
D.    Manifestasi Klinis
Gejala awal dari gagal ginjal kronik  dan sering diabaikan. Kompleks gejala umum berupa alergi, malaise dan kelemahan sering terjadi. Gejala-gejala umum terlihat dalam daftar dibawah ini:
1.      Dermal: pruritus, mudah menjadi memar, edema.
2.      CV: dispne saat beraktivitas, nyeri retro sternal saat inspirasi (perikarditis)
3.      Gastrointestinal: anoreksia, mual-muntah, singultus
4.      Genito-urinarius: nokturia, impoten.
5.      Neuromuskuler: kelelahan pada tungkai, kaku dan kram pada tungkai
6.      Neurologi: iritabilitas umum dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, penurunan libido
Pemeriksaan fisik seringkali menunjukkan hasil penemuan yang tidak spesifik yang termasuk hal-hal berikut:
1.      KU: pucat, penampilan lemah
2.      Dermal: pucat, ekimosis, edema, xerosis
3.      Pulmonal: ronki, efusi pleura
4.      CV: hipertensi, bising aliran/tiriction rub perikaldial, kardimomegali
5.      Neurologi: stupor, asteriksis, klonus otot, neuropati

E.     Pathofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron diduga utuh sedangkan yang lain rusak. Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan glamerulo filtration rate. Metode adapatif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai tiga perempat dan nefron-nefron rusak. Bahan-bahan yang harus dicarat menjadi lebih besar dari pada yang direabsorbsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala yang khas kegagalan ginjal gila kira-kira fungsi ginjal lebih hilang 80% sampai 90%. Pada tingkat renal yang demikian, nilai kreatinin turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah dari itu.
Gejala-gejala uremi timbulnya begitu lambat sehingga pasien dan keluarganya tidak peduli terhadap waktu datangnya serangan. Gejala-gejala yang lazim adalah gejala dini berupa letargi sakit kepala, kecapaian mental dan fisik, BB 6 O, mudah tersinggung, gejala yang lebih lanjut berupa anoreksia, mual-mual ataupun tidak, oedema yang disertai lekukan, pruritus mungkin tidak ada, tapi mungkin juga sangat parah.
Dari sudut tradisional, gangguan fungsi ginjal pada pasien gagal ginjal kronik dikatakan bahwa semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda-beda dan bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat saja rusak atau berubah (Long, 1996: 368).

F.     Pathway



 










Pe↑ tek. Vaskuler (hipertensi)
 
                                                                                                                 


















G3 kelebihan volume
 










Defisit perawatan diri
 
 















G.    Pengkajian Fokus
1.      Aktivitas Istirahat
Gejala:
a.       Kelelahan, ekstrem, kelemahan, malaise
b.      Gangguan tidur (insomnia/gelisah dan somnolen)
Tanda:
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2.      Sirkulasi
Gejala:
a.       Riwayat hipertensi lama/berat
b.      Palpitasi nyeri dada (angina)
Tanda:
a.       Hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan.
b.      Nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir
c.       Friction sub perikardial (respon terhadap akumulasi sisa)
d.      Pucat, kulit kecoklatan, kuning
e.       Kecenderungan perdarahan
3.      Integritas ego
Gejala:
a.       Faktor stress
b.      Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
Tanda:
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
4.      Eliminasi
Gejala:
a.       Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
b.      Abdomen kembung, konstipasi, diare
Tanda:
a.       Perubahan warna urine
b.      Oliguria dapat menjadi anuria
5.      Makanan/cairan
Gejala:
a.       Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
b.      Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa melatik pada mulut (pernafasan amonia)
c.       Penggunaan diuretik
Tanda:
a.       Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
b.      Perubahan turgor kulit/kelembaban
c.       Edema (umum, tergantung)
d.      Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
e.       Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
6.      Neurosensori
Gejala:
a.       Sakit kepala, penglihatan kabur
b.      Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada kaki
c.       Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda:
a.       Gangguan status mental
b.      Penurunan DTR
c.       Tanda chvostek dan trousseau positif
d.      Kejang, fasilulasi otot, aktivitas kejang
e.       Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
7.      Nyeri/Kenyamanan
Gejala:
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari)
Tanda:
Perilaku hati-hati/distraksi, gelisah
8.      Pernafasan
Gejala:
Nafas pendek, dispnea nokturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak
Tanda:
a.       Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (pernafasan kusmaul)
b.      Batuk produktif dengan sputum merah muda-encer (edema paru)
9.      Keamanan
Gejala:
a.       Kulit gatal
b.      Ada/berulangnya infeksi
Tanda:
a.       Pruritus
b.      Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara akutal terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal (GGK/depresi respon imun)
c.       Ptekie, area ekimosis pada kulit
d.      Fraktur tulang, defosit fosfat kalsium (kalsifikasi metastasik) pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak nadi
10.  Seksualitas
Gejala:
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
11.  Interaksi sosial
Gejala:
Kesulitan menentukan kondisi

H.    Intervensi dan Rasionalisasi
1.      Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan, pemasukan peroral/intra vaskuler berlebihan
Kriteria hasil:
Menunjukkan aliran cairan berlebihan/perkiraan infus, tidak mengalai peningkatan BB cepat, edema, kongesti paru
Intervensi:
a.       Pertahankan volume masuk dan keluar, dan komulatif keseimbangan cairan
Rasionalisasi: pada kebanyakan kasus, jumlah aliran harus sama/lebih dari jumlah yang dimasukkan
b.      Catat BB bandingkan pemasukan dan pengeluaran
Rasionalisasi: BB adalah indikator akurat status volume cairan
c.       Tinggikan kepala tempat tidur, lakukan tekanan perlahan pada abdomen
Rasionalisasi: dapat meningkatkan aliran cairan bila kateter salah posisi/obstruksi oleh omentum
d.      Awasi tekanan darah dan nadi, perhatikan hipertensi, nadi kuat, distensi vena leher, edema perifer
Rasionalisasi: peninggian menunjukkan hipervolumia, kaji bunyi jantung, dan nafas, perhatikan S3 atau gemricik, ronki


2.      Resiko infeksi berhubungan dengan jalan masuknya kuman
Kriteria hasil:
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah dan menurunkan infeksi, tidak mengalami gejala/tanda infeksi
Intervensi:
a.       Observasi teknik aseptik dan gunakan masker selama pemasangan kateter, ganti balutan infus dan kapanpun sistem dibuka
Rasionalisasi: menecegah masuknya organisme dan kontaminasi lewat udara yang dapat menyebabkan infeksi
b.      Ganti balutan sesuai indikasi dengan hati-hati dan tidak mengubah posisi
Rasionalisasi: lingkungan yang lembab dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri
c.       Berikan pelindung betadin pada distal
Rasionalisasi: menurunkan resiko masuknya bakteri
d.      Kolaborasi pemberian antibiotik secara sistemik
Rasionalisasi: dapat mengatasi infeksi dand mencegah sepsis
3.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Kriteria hasil:
Berpartisipasi dalam perawatan diri dan beraktivitas serta melakukan perawatan secara mandiri
Intervensi:
a.       Kaji faktor yang dapat menyebabkan keletihan
Rasionalisasi: menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan dan perawatan diri
b.      Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri, bantu jika keletihan terjadi
Rasionalisasi: meningkatkan aktivitas yang sedang dan ringan
c.       Anjurkan aktivitas alternatif bersama dengan istirahat
Rasionalisasi: mendorong latihan dalam beraktivitas dan perawatan diri
d.      Anjurkan untuk istirahat
Rasionalisasi: istirahat yang adekuat
4.      Perubaan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah dan stomatis
Kriteria hasil:
Menunjukkan BB stabil/peningkatan mencapai tujuan dalam nilai laboratorium normal dan tidak ada malnutrisi

Intervensi:
a.       Awasi konsumsi makanan/cairan dan hitung masukan kalori per hari
Rasionalisasi: mengidentifikasi kekurangan nutrisi/kebutuhan terapi
b.      Anjurkan pasien mempertahankan masukan makanan harian, termasuk perkiraan jumlah konsumsi elektrolit dan protein
Rasionalisasi: membantu pasien untuk menyadari dan untuk memenuhi keinginan individu dalam pembatasan yang diidentifikasi
c.       Perhatikan adanya mual-muntah
Rasionalisasi: gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah/menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
d.      Berikan makan sedikit dan frekuensi sering
Rasionalisasi: porsi lebih kecil dapat meningkatkan pemasukan
e.       Kolaborasi ke ahli gizi
Rasionalisasi: berguna untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan pola hidup meningkatkan kerjasama pasien
f.       Kolaborasi pemberian antimetik prokhlorperazin (compazine)
Rasionalisasi: menurunkan stimulasi pada pusat muntah
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit gagal ginjal, perawatan di rumah
Kriteria hasil:
Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan
Intervensi:
a.       Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya dan penanganannya berupa penyebab gagal ginjal pasien, pengertian gagal ginjal, pemahaman mengenai fungsi renal, hubungan antara cairan, pembatasan diit dengan gagal ginjal
Rasionalisasi: merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut
b.      Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar
Rasionalisasi: pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya
c.       Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya
Rasionalisasi: pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit
d.      Sediakan informasi baik tertulis maupun secara lisan dengan tepat, fungsi dan kegagalan ginjal berupa pembatasan cairan dan diit, medikasi, melaporkan masalah, tanda  dan gejala, jadwal tindak lanjut, sumber komunitas, pilihan terapi
Rasionalisasi: pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di rumah
6.      Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan metabolik, sirkulasi dan sensasi (neuropati perifer), gangguan turgor kulit (edema/dehidrasi), penurunan aktivitas/imobilisasi
Kriteria hasil:
Mempertahankan kulit utuh dan menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan (cedera kulit)
Intervensi:
a.       Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler
Rasionalisasi: menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi
b.      Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit serta membran mukosa
Rasionalisasi: mendeteksi adanya dehidrasi/hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler
c.       Berikan perawatan kulit, batasi penggunaan sabun, berikan salep/krim
Rasionalisasi: soda kue, tepung menurunkan gatal dan mengurangi pengeringan dari pada sabun, lotion dan salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit
d.      Inspeksi area tergantung terhadap edema
Rasionalisasi: jaringan edema cenderung rusak atau robek
e.       Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area prutitus
Rasionalisasi: menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera dermal
7.      Nyeri (akut) berhubungan dengan pemasukan kateter melalui dinding abdomen/iritasi kateter, penempatan kateter tidak tepat, iritasi/infeksi dalam rongga peritoneal
Kriteria hasil:
Menyatakan penurunan nyeri/ketidaknyamanan, menunjukkan ekspresi wajah rileks, mampu untuk tidur atau istirahat dengan tepat
Intervensi:
a.       Selidiki keluhan pasien akan nyeri, perhatikan intensitas (0-10), lokasi, faktor pencetus
Rasionalisasi: membantu dalam mengidentifikasi sumber nyeri, intervensi tepat
b.      Tinggikan kepala tempat tidur pada interval tertentu
Rasionalisasi: perubahan posisi dapat menghilangkan ketidaknyamanan abdomen dan otot umum
c.       Dorong penggunaan relaksasi contoh nafas dalam
Rasionalisasi: mengembalikan perhatian, meningkatkan rasa kontrol
d.      Kolaborasi pemberian analgetik
Rasionalisasi: menghilangkan nyeri dan ketidaknyamanan

0 komentar:

Posting Komentar