RHEMATOID ARTITIS


RHEMATOID ARTITIS
A.    Pengertian
Rheumatoid artitis adalah penyakit inflamasi progresif sistemik dan kronik sering terjadi pada wanita dengan perbandingan 3:1 lebih banyak dari pada laki-laki yang menyerang pada usia 15-35 tahun/40 tahun. Infeksi mula-mula mengenai sinofial disertai edema kongesti, vaskuler, eksudat, dan inflamasi seluler. (Dep Kes.RI,1999)
Rheumatoid artitis adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartitis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Mansjoer,1999)
Rheumatoid artitis adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai system tubuh. (silvia,1995)
Rheumatoid artitis adalah penyakit inflamasi kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat. (Corwin,2000:307)
Rheumatoid artitis adalah penyakit inflamasi sistemik kronik yang belum diketahui penyebabnya dikarakteristikan oleh kerusakan dan inflamasi membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis (keterbatasan gerak sendi karena kelainan pada unsure tulang, deformitas). (medical N.team,2006)
B.     Etiologi
Factor pencetus mungkin adalah bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Rheumatoid artitis diperkirakan terjadi karena predisposiisi genetic terhadap penyakit autoimun wanita lebih sering terkena dari pada pria. (Corwin,2000:308)
Hingga kini rheumatoid artitis belum diketahui tetapi beberapa faktor mempengaruhi antara lain: genetic, umur diatas 40 tahun, infeksi. (Soeparman,1998)
Etiologinya belum diketahui namun beberapa hipoksia menunjukan bahwa penyakit ini dipengaruhi oleh factor-faktor antara lain:
1.      Mekanisme imun
2.      Gangguan metabolism
3.      Factor genetic yang menjurus pada perkembangan penyakit
4.      Infeksi dengan kecenderungan virus
C.     Anatomi Patologi
Yang terkena adalah sendi kecil tangan dan kaki, pergelangan tangan, sendi temporomandibuler dan tulang belakang. Penyakit ini sering timbul berulang-ulang. Sendi ini sering menjadi kaku dan penderita akan mengalami cacat seumur hidup.
Tampak tonjolan subkutan yang menyerupai tonjolan pada demam rematik pad daerah dorsal lengan dekan olecranon lesi yang terjadi merupakan suatu synovioa arhtitis. Membarana synovialisme radang bengkak, sembab dan membentuk tonjolan-tonjolan monokleus. Infeksi dapat berjalan terus mengenai tulang rawan sendi. Membrane synovitis yang meradang akan mengenai tulang rawan membentuk lapisan vaskuler yang tebal dan melekat padanya menimbulkan erosi pada tulangrawan itu. Akhirnya timbul ankylosis.
D.    Patofisiologi
Penyebab masih belum diketahui walaupun patologinya telah terungkap. Penyakit ini tidak dapat ditunjukan, memiliki hubungan pasti dengan genetik.
Inflamasi mulai mengenai sendi synovial disertai edema, kongstti vaskuler, eksudat sebri infiltrasi selular dan pembentukan jaringan parut. Peradangan yang berkelanjutan, synovial menjadi hipertropi dan menebal terutama pada sendi artikuler kartilago dari sendi pada persendian yang meradang synovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granuler yang disebut pannus. Pannus dapat menyebabkan radang, menyebar masuk ke tulang subkondria.
Pannus dapat menyebar ke seluruh sendi yang merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Peradangan pada sendi menimbulkan gangguan nutrisi pada kartilago sehingga kartilago menjadi nekrosis. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi karena jaringan tulang fibrosa. Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan menimbulkan sublaksasi dari persendian invasi dari tulang subchondrial bisa menyebabkan osteoporosis.
Pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang dapat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus. Serangan dapat timbul karena status fisik dan mental.
Destruksi jaringan sendi melalui:
a.       Distruksi pencernaan oleh produksi protease, kologenase dan enzim hidrolitik lainnya. Enzim ini memecah kartilago, ligament, tendon dan tulang pada sendi, serta dilepaskan bersama-sama dengan radikal O2 dan metabolic asam arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam cairan synovial. Proses ini merupakan respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi secara local.
b.      Distruksi jaringan terjadi juga melalui kerja pannus rheumatoid. Disepanjang pinggir pannus terjadi distruksi kolagen dan proteuglikon melalui produksi enzim oleh sel didalam pannus. 
E.     Manifestasi klinis
Tanda-tanda yang ditujukan pada pasien rheumatoid artitis yaitu:
Gejala setempat meliputi:
a.       Nyeri persendian dan kekakuan pada sendi dipagi hari selama lebih dari 1jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi.
b.      Membengkak, panas, merah dan lemah.
c.       Poli atritis simetris terutama pada sendi perifer terutama tangan dan tidak mengakibatkan sendi-sendi intertalang distal
d.      Deformitas sendi terjadi akibat spasme otot untuk mempertahankan posisi tidak nyeri, kerusakan sendi dan dislokasi sendi
e.       Nodul rheumatoid adalah masa subkutan
f.       Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, bahu, radang
g.      Atritis erosive pada gambaran radiologi, peradangan sendi kronik mengakibatkan erosi ditepi tulang
Gejala sistemik meliputi:
Capai, lemah, demam, takikardi, lesu, berat badan menurun, anemia bilateral yang simetris dari persendian kecil dan besar pada sendi ekstremitas pada awal peradanganselanjutnya terjadi osteoporosis generahsata.
Bila ditinjau dari stadium, ada 3 stadium yaitu:
1.      Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi pada jaringan sinovial ditandai dengan edema, kongesti, nyeri saat istirahat/bergerak, bengkak dan kaku.
2.      Stadium destruksi
Ditandai dengan kontraksi tendon, selain itu juga terjadi perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari “swan neck”.
3.      Stadiumdeformitas
Terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali dengan sinovitis, pembentukan pannus, anklilosis fibrosa dan anklilosis tulang.
F.      Fokus Pengkajian
Data Subjektif
1.      Klien merasa nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, kekakuan di pagi hari, keterbatasan rentang gerak, kelainan pada sendi dan otot
2.      Jari tangan atau kaki pucat intermiten, sianosis, kemerahan pada jari sebelum warna normal
3.      Faktor-faktor  stress, ancaman konsep diri, citra tubuh dan identitas pribadi
4.      Anoreksia, mual
5.      Kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
6.      Kesemutan pada kaki
7.      Fase akut dari nyeri, rasa nyeri kronik dan kaku
8.      Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan R meningkat, lesi kulit, ulkus kaki, kekeringan pada mata dan membrane mukosa.
9.      Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain.
Data objektif
1.      Faktor rheumatoid
2.      Fiksasi lateks
3.      LED ; umumnya meningkat pesat (80-100mm/h) mungkin kembali normal
4.      SDP : meningkat pada saat timbul proses inflamasi
5.      JDL : umumnya anemia sedang
6.      Ig (IgM dan IgG) : peningkatan besar menunjukan degenerasivtulang pada sendi
7.      Sean radionuklida ; identifikasi peradangan sinovium
8.      Arihoskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukan degenerasi tulang dan sendi
9.      Aspirasi cairan synovial : mungkin menunjukan volume yang menunjukan volume yang lebih besar dari normal muncul warna kuning
10.  Biopsi membran synovial : menunjukan perubahan inflamasi dan perkembangan panas
11.  Pembengkakan sendi simetris
12.  Penurunan berat badan, kekeringan pada  mukosa
13.  Sinar-sinar disendi yang sakit menunjukan pembengkakan pada jaringan lunak. 
G.     Diagnosa keperawatan
1.      Nyeri b.d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distraksi sendi.
2.      Resiko mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, intoleransi terhadap aktivitas, deformitas skeletal.
3.      Gangguan citra tubuh b.d perubahan kekuatan otot, intoleransi terhadap aktivitas, ketidakseimbangan mobilitas, peningkatan penggunaan energy.
4.      Kurang perawatan diri b.d kerusakan mukuloskeletal, nyeri pada waktu bergerak, penurunan kekuatan, depresi.
5.      Kurang pengetahuan b.d kurang informasi, daya ingat menurun, kesalahan interpretasi informasi.
H.    Intervensi Keperawatan
1.      Nyeri b.d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distraksi sendi.
Intervensi dan rasional
a.       Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas dan faktor-faktor  yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Rasional : membantu dalam menentukan kebutuhan menejement dan keefektifan program
b.      Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi
Rasional : pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri
c.       Berikan masase yang lembut
Rasional : meningkatkan relaksasi
d.      Dorong untuk sering mengubah posisi dan hindari gerakan yang menyentak.
Rasional : mencegah terjadi kelemahan umum dan kekakuan sendi.
2.      Resiko mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, intoleransi terhadap aktivitas, deformitas skeletal.
Intervensi dan Rasional
a.       Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi
Rasional : tingkat aktivitas tergantung dari perkembangan inflamasi
b.      Pantau dengan rentang gerak aktif/pasif
Rasional : mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum
c.       Gunakan bantal kecil dibawah leher
Rasional : mencegah fleksi leher
3.      Gangguan citra tubuh b.d perubahan kekuatan otot, intoleransi terhadap aktivitas, ketidakseimbangan mobilitas, peningkatan penggunaan energy.
Intervensi dan rasional
a.       Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan
Rasional : mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri
b.      Rujuk pada konseling psikiater
Rasional : pasien membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang
c.       Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima
Rasional : isyarat-isyarat/non verbal orang yang terdekat dapat mempengaruhi bagaimana pasien memandang diri sendiri
4.      Kurang perawatan diri b.d kerusakan mukuloskeletal, nyeri pada waktu bergerak, penurunan kekuatan, depresi.
Intervensi dan Rasional
a.       Tinjau proses penyakit, prognosis, harapan masa depan
Rasional : memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
b.      Tekankan pentingnya melanjutkan menegement farmako terapi
Rasional : keuntungan terapi obat tergantung pada ketepatan dosis
c.       Berikan konseling sesuai kebutuhan
Rasional : info mengenai posisi yang berada dan teknik pilihan lain untuk pemenuhan
5.      Kurang pengetahuan b.d kurang informasi, daya ingat menurun, kesalahan interpretasi informasi.
Intervensi dan Rasional
a.       Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri
Rasional : menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian dan harga diri
b.      Konsul dengan ahli terapi
Rasional : untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
c.       Diskusikan tingkat fungsi umum
Rasional : mungkin dapat melanjutkan aktivitas

0 komentar:

Posting Komentar