Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Akut
A.Pengertian Gagal
Ginjal Akut
Adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu
dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat
azotemia progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah( Imam Parsoedi A
dan Ag. Soewito :Ilmu Penyakit dalam Jilid II;91 )
B.Klasifikasi :
1. Gagal Ginjal Akut Prerenal
2. Gagal Ginjal Akut Post Renal
3. Gagal Ginjal Akut Renal
Gagal Ginjal
Akut Prerenal;
Gagal Ginjal akut Prerenal adalah keadaan yang
palinggggggggggg ringan yang dengan cepat dapat reversibel, bila ferfusi ginjal
segera diperbaiki. GGA. Prerenal merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya
kelainan histologik/morfologik pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal
tidaksegera diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut
(NTA).
Etiologi
1.Penurunan
Volume vaskular ;
a. Kehilangan darah/plasma
karena perdarahan,luka bakar.
b. Kehilangan cairan ekstraselular karena muntah,
diare.
2.
Kenaikan kapasitas vaskular
a. sepsis
b. Blokade ganglion
c. Reaksi anafilaksis.
3.
Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung
a. renjatan kardiogenik
b. Payah jantung kongesti
c. Tamponade jantung
d. Distritmia
e. Emboli paru
f. Infark jantung.
Gagal Ginjal Akut Posrenal
GGA posrenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin
cukup, namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah
obstruksi, meskipun dapat juga karena ekstravasasi
Etiologi
1.
Obstruksi
a. Saluran kecing : batu, pembekuan darah, tumor,
kristal dll.
b. Tubuli ginjal : Kristal, pigmen, protein
(mieloma).
2.
Ektravasasi.
Gagal Ginjal Akut Renal
1.
GGA renal sebagai akibat penyakit ginjal primer seperti :
a.
Glomerulonefritis
b.
Nefrosklerosis
c.
Penyakit kolagen
d.
Angitis hipersensitif
e.
Nefritis interstitialis akut karena obat, kimia, atau kuman.
2.Nefrosis Tubuler Akut ( NTA )
Nefropati vasomotorik akut terjadi karena iskemia ginjal sebagai kelanjutan GGA. Prerenal atau pengaruh bahan nefrotoksik.Bila iskemia ginjal sangat berat dan berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis kortikol akut( NKA) dimana lesi pada umumnya difus pada seluruh korteks yang besifat reversibel.Bila lesinya tidak difus (patchy) ada kemungkinan reversibel.
Pemeriksaan Laboratorium :
1 Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
2.
Urin : ureum, kreatinin, elektrolit,
osmolaritas, dan berat jenis.
2.
Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
3.
Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
4.
Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau
hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
5.
Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24
jam setelah ginjal rusak.
6.
Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,
Mioglobin, porfirin.
7.
Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal,
contoh : glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk
memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
8.
PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal,
dan gagal ginjal kronik.
9.
Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan
ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.
10.
Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN
dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
11.
Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila
ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
12.
Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
13.
SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan
GF.
14.
Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah
(1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya
ada proteinuria minimal.
15.
Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna
tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular
ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.
Darah
1.
Hb. : menurun pada adanya anemia.
2.
SDM. : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
3.
PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena
penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir
metabolisme.
4.
BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5.
Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan
urine.
6.
Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan
selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
7.
Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
8.
Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9.
Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10.
Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan
protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan
sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
11. CT.Skan
12. MRI
13.
EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa.
C. Pengkajian
1.
Aktifitas dan istirahat :
a. gejala : Kelitihan kelemahan
malaese
b. Tanda : Kelemahan otot dan
kehilangan tonus.
2. Sirkulasi.
Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi
maligna,eklampsia, hipertensi akibat kehamilan).
Disritmia jantung.
Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata
kaki sakrum).
Pucat, kecenderungan perdarahan.
3.
Eliminasi
a.
Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan
frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria (fase
akhir)
Disuria, ragu-ragu, dorongan,
dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).
Abdomen kembung diare atau
konstipasi
Riwayat HPB, batu/kalkuli
b. Tanda : Perubahan warna
urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
Oliguri (biasanya 12-21
hari) poliuri (2-6 liter/hari).
4.
Makanan/Cairan
a. Gejala : Peningkatan berat
badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi).
Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
Penggunaan diuretik
b. Tanda : Perubahan turgor
kulit/kelembaban.
Edema (Umum, bagian bawah).
5.
Neurosensori
a. Gejala : Sakit kepala penglihatan
kabur.
Kram otot/kejang, sindrom
“kaki Gelisah”.
b.
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa.
Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.
6.
Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri tubuh , sakit
kepala
b. Tanda : Perilaku
berhati-hati/distrkasi, gelisah
7.
Pernafasan
a. Gejala : nafas pendek
b. Tanda : Takipnoe, dispnoe,
peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk produktif dengan sputum
kental merah muda( edema paru )
8.
Keamanan
a:
Gejala : adanya reaksi transfusi
c. Tanda : demam,
sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
9.
Penyuluhan/Pembelajaran:
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis
herediter, batu urianrius, malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun
lingkungan), Obat nefrotik penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida,
amfoterisisn, B,anestetik vasodilator, Tes
diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi
bersamaan tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera
kekerasan , perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.
D. Diagnos
Keperawatan yang mungkin muncul :
1.
Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal
dengan kelebihan air.
2.
Resiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung b/d
kelebihan cairan
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
katabolisme protein
4.
Kelelahan b/d penurunan produksi energi
metabolik/pembatasan dit, anemia.
5.
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan
imunologi.
6.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d
kehilangan cairan berlebihan.
7.
Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan
kebutuhan pengobatan b/d kurang mengingat.
E. Rencana Intervensi
Diagnosa
Kep.
|
Tujuan / Kriteria |
Intervensi |
Rasional |
1. Perubahan kelebihan cairan b/d gagal ginjal dgn
kelebihan air
|
Perubahan
kelebihan cairan tidakterjadi
Kriteria :
Menunjukan haluaran urine tepat
BJ.urine
normal
BB
stabil
Tanda
vital normal
Edema tidak ada |
Catat pemasukan dan pengeluaran akurat.
Awasi bj. Urine
Timbang BB. Tiap hari dengan alat yang sama.
Awasi Dj, Td, suara paru.
Kaji kulit, wajah area edema evaluasi derajat edema
Auskulstasi paru dan bunyi jantung
Kolaborasi
;
Perbaiki penyebab:contohnyamemperbaiki ferfusi ginjal
Awasi
pemeriksaan Lab: Bun,Kreatinin, Na.K,Hb/Ht,Foto thorax
Batasi
cairan s/d
Indikasi
Berikan obat sesuai dengan
indikasi:Diuretik,antihipertensi.
|
Menentukan fungsi ginjal dan kebutuhan penggantian
cairan.
Mengukur
kemampuan ginjal mengkonsentrasikan urin.
Pengawasan status cairan tubuh
Mengetahui tachicardi,hipertensi dan edema paru dan
bunyi nafas tambahan.
Mudah terjadinya edema dan mengetahui akumulasi cairan
Deteksi dini terjadinya oedema paru
Mengembalikan ke fungsi normal.
Mengkaji berlanjutnya disfungsi gagal
Manajemen cairan diukur untuk menggantikan pengeluaran
dari semua sumber ditambah prakiraan kehilangan yang tak tampak..
Untuk melebarkan lumen tubulerdari debris, meningkatkan
vol. Urine adekuat,antihipertensi untuk mengatasi hipertensi sehingga
menurunkan aliran darah ginjal
|
2.
Resiko tinggi tehadap penurunan curah jantung b/d kelebihan cairan
|
TujuanPenurunan curah jantung tidak terjadi, denga
kriteria :
Mempertahankan curah jantung,
TD. Dan denyut jantung normal
Nadi ferifer kuat: sama dengan waktu pengisisn
kapiler
|
Awasi
TD dan frekuensi jantung
Observasi
EKG
Auskultasi
bunyi jantung.
Kaji
warna kulit, membran mukosa dan dasar kuku.
Selidiki
kram otot, kesemutan pada jari dan kejang otot.
Pertahankan
tirah baring/dan dorong istirahat adekuat
Kolaborasi
pemeriksaan : Lab.K,Na, Ca.
Berikan
tambahan oksigen
Berikan
obat s/d indikasi:Inotropik(digoksin)
Nabic
,
|
Deteksi dini terhadap kelebihan cairan
Respon terhadap berlanjutnya gagal ginjal
Deteksi dini untuk persiapan dialisis
Deteksi dini terhadap vasokontriksi atau anemia,
sianosis yang mungkin berhubungan dgn. Gagal ginjal
Indikator hipokalemia yang dpt. mempengaruhi
kontraktilitas dan fungsi jantung.
Menurunkan konsumsi
oksigen/kerja jantung
Deteksi
dini perubahan elektrolit darah
Memaksimalkan
sediaan oksigen.
Memperbaiki
curah jantung
Mengatasi
Hipokalemia dan memperbaiki iritabilitas jantung.
Memperbaiki
asidosis
|
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d katabolisme protein.
|
Tujuan
kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria ;
Mempertahankan/meningktkan
Berat badan,
Bebas
oedema.
|
Kaji/catat
pemasukan diet
Berikan
makanan sedikit dan sering
Tawarkan
perawatan mulut , berikan permen karet atau penyegar mulut diantara waktu
makan
Timbang
berat badan setiap hari
Kolaborasi:
konsul dengan ahli gizi.
Berikan
kalori tinggi, rendah protein
Berikan
obat s/d indikasi;Fe, Ca, Vit. D, Vit Bcompleks
Anti
emetik
|
Membantu
dalam mengidentifikasi defisiensi dfan kebutuhan diet.
Meminimalkan
anoreksia dan mual
Menghindari
membran mukosa mulut kering dan pecah
Deteksi
dini perpindajan keseimbangan cairan
Menentukan
kalori individu, dan kebutuhan nutrisi
Kalori
diperlukan untuk memenuhi kebut. Energi, rendah protein disesuaikan dengan
fungsi ginjal yang menurun.
Mengatasi anemia, memperbaiki kadar normal serum ,
memudahkan absorbsi kalsium, diperlukan koenzim,pada pertumbuhan sel..
|
4.
Kelelahan b/d penurunan produksien energi metabolik/pembatasan diet, anaemia
|
Tujuan
:
Kelelahan
berkurang/hilangdengan kriteria :
Berpartisipasi
pada aktivitas yang diberikan
|
Evaluasi
laporan kelelahan
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan.
Identifikasi faktor stress yang dapat memperberat
Rencanakan
periode istirtahat adekuat
Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari
Tingkatkan partisipasi sesuai dengan kemampuan
Kolaborasi ; Awasi ; pemeriksaaan Elekrolit
|
Menentukan derajat dan efek ketidakmampuan.
Membantu memilihkan intervensi
Mengatasi penyebab
Mencegah
kelelahan berlebihan
Memberikan keamanan pada pasien
Membatasi frustasi..
Ketidakseimbangan mengganggu fungsi neuromuskuler
|
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
b/d kehilangan cairan yang berlebihan.
|
Tujuan
:
Kekurangan cairan tidak terjadi, dengan kriteria ;
Intake dan out put seimbang
Turgor kulit baik.
Membran
mukosa lembab, nadi ferifer teraba, elektroluit dalam batas normal.
|
Ukur pemasukan dan pengeluaran dengan akurat
Perhatikan tanda dan gejala dehidrasi
Berikan
cairan yang diizinkan/program pengobatan
Kontrol suhu lingkungan
|
Membantu memperkirakan kebutuhan cairan
Kehilangan caiarn dapat menyebabkan status gangguan
hipovolemik
Fase
diuretik dpt. berlanjut fase oliguria, waspada dehidrasi nokturnal.
Menurunkan diaforesis..
|
6.
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
|
Tujuan
:
Resiko
infeksi tidak terjadi, dengan kriteria ;tidak mengalami tanda-tanda infeksi
|
Patuhi prosedur perawatan/tingkatkan cuci tangan yang
baik.
Hindari prosedur invasif
Berikan perawatan kateter rutindan tingkatkan perawatan
perianal
Dorong nafas dalam batuk dan pengubahan posisi
sering.
|
Menurunkan
resiko infeksi silang
Membatasi introduksi bakteri ke dalam tubuh
Menurunkan resiko ISK asenden
Mencegah atelektasis, menurunkan resiko infeksi
paru.
|
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis
dan kebutuhan pengobatan b/d kurang mengingat.
|
Klien dan keluraga dapat memahami, tentang kondisi,
prognosis, dan pengobatan, dengan kriteria:
Menunjukan perubahan prilaku, dapat berpartisipasi
dalam pengobatan dan perawatan
|
Kaji ulang proses penyakit, prognosis, dan faktor
pencetus jika diketahui.
Jelaskan tingkat fungsi ginjal, setelsh episode
akut berlalu.
Diskusikan dialisis ginjal bila dilakukan
Kaji ulang rencana diet
Dorong pasien dan keluarga untuk mengobservasi
karakteristik urine, jumlah frekuensi dan pengeluaran
Diskusikan pembatasan aktivitas
Diskusikan penggunaan obat
Tekankan perlunya perawatan, pemeriksaan lab.
Identifikasi gejala yang memerlukan intervensi
medik, contohnya peningkatan BB, oedema, letargi, perdarahan,tanda infeksi,
atau gangguan mental.
|
Memberikan
dasar pengetahuan
Pasien mungkin mengalami defek sisa yang bersifat
sementara
Sebagai informasi tambahan dalam mengambil keputusan
Nutrisi adekuat perlu untuk proses penyembuhan
Perubahan dapat menunjukan gangguan fungsi ginjal
Tindakan
penghematan energi.
Obat dapat menimbulkan reaksi toksik pada ginjal, perlu
dilaporkan penggunaan obat oleh pasien.
Menghindari kekambuhan/komplikasi
Upaya dalam mencegah komplikasi.
|
Analisa Data
Nama
Klien : Tn. A
Ruang : Bedah F.
Data |
Kemungkinan Penyebab |
Masalah |
S.: Klien mengeluh badan lemas,
mual-mual, nafsu makan menururn
O.:
Hb, 7,7mg/dl.
|
ARF
Penurunan fungsi
glomerolus
Pembentukan eritropoetin
berkurang
Hb. Berkurang
Ureum dan kreatinin
meningkat
Mual-mual, kurang nafsu
makan
Resiko terjadi gangguan
transport oksigen
|
Resiko terjadi gangguan transport oksigen
|
S. Klien mengeluh sering cegukan
O.:Intake
2700 CC. Output 3300 CC urea N:13,3 mg/dl, Kreatinin:0,97 K;31,Na..: 141 Cl.:
111
|
ARF
Penurunan Fungsi
Glomerolus
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Intake dan out put tidak
seimbang
Kekurangan cairan
|
Kekurangan
cairan
|
S.
Nyeri pada tempat pemasangan PNS tidak, bengkak tidak, keluar cairan
exudat.tidak.riwayat Hidro Nephrosis Berat
O.:
Terpasang PNS kiri dan kanan
|
Tindakan
injury pada jaringan kulit sampai ginjakl
|
Resiko
infeksi.
|
Diagnosa
Keperawatan Dan Prioritas Diagnosa
1.
Kekurang cairan b/d intake dan out put tidak seimbang
2.
Resiko gangguan transport oksigen b/d Hb. Berkurang
3.Resiko
terjadi infeksi b/d tindakan injury pada jaringan kulit sampai ginjal
Perencanaan Keperawatan
Nama
Klien :
Ruang : Bedah F
Diagnosa |
Tujuan-Kriteria
|
Intervensi |
Rasional |
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan
yang berlebihan.
|
Tujuan
:
Kekurangan cairan tidak terjadi, dengan kriteria ;
Intake dan out put seimbang
Turgor kulit baik.
Membran mukosa lembab, nadi ferifer teraba,
elektroluit dalam batas normal.
|
Ukur pemasukan dan pengeluaran dengan akurat
Perhatikan tanda dan gejala dehidrasi
Berikan cairan yang diizinkan/program pengobatan
Kontrol suhu lingkungan
|
Membantu memperkirakan
kebutuhan cairan
Kehilangan caiarn dapat menyebabkan status gangguan hipovolemik
Fase diuretik dpt. berlanjut fase oliguria, waspada
dehidrasi nokturnal.
Menurunkan
diaforesis..
|
Resiko gangguan transport oksigen b/d Hb. Kurang
|
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ,klien
dapat menunjukan peningkatan Hb.
Dengan
kriteria :
Hb. Meningkat, mual muntah berkurang, nafsu makan
bertambah
|
Jelaskan penyebab badan lemas, tidak nafsu makan,
mual-mual.
Berikan Transfusi s/d program pengobatan
Istirahatkan klien
Berikan diet s/d program( TKRP)
Observasi vital sign dan daerah akral
Kolaborasi
:
Berikan Anti mual sebelum makan
|
Dengan penjelasan klien dapat memahami sehingga dapat
berkoordinasi dalam tindakankeperawatan/terapi.
Meningkatkan Hb.meningktan transport oksigen
Membatasi
kebutuhasn oksigenasi jaringan.
Menyesuaikan
dengan fungsi ginjal yang terganggu
Deteksi dini gangguan transport oksigen daerah ferifer
Mengatasi gangguan , meningkatkan nafsu makan,
memperbaiki kondisi.
|
Resiko terjadi infeksi b/d tindakan pemasangan
PNS.kiri dan kanan
|
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi, dengan kriteria :daerah
pemasangan PNS. Tidak bengkak, tidak merah, tidak keluar cairan exudat, tidak
nyeri.
|
Rawat luka daerah pemasangan PNS setiap hari, dengan
memperhatikan sterilitas.
Observasi tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan
PNS.
Berikan obat antibiotika s/d program pengobatan.
|
Membatasi/menghindari terjadinmya infeksi
Deteksi dini terhadap tansda-tanda infeksi
|
Implementasi Keperawatan
Nama
Klien : Tn. A
Ruang : Bedah F
No.
DX.
|
Tanggal/
Hari/jam
|
Implementasi |
Perawat |
3
3
1
2
3
2
|
Senin,
25
–03-02
09.00
10.00
11.00
12.00
12.15
|
Melakukan
pengkajian
Melakukan
pemeriksaan fisik
Melakukan perawatan luka pad tempat pemasangan PNS.
Kiri dan kanan
Observasi vital sign(TD, Nadi, RR, dan Suhu )
Observasi kepatenan pemasangan infus dan jenis cairan
serta jumlah/24 jam
Memberikan
transfusi 1. 1kantong(250cc)
Observasi vital sign( TD, Nadi, RR dan suhu )
Memberikan obat Ipepsan liquid.sebelum makan 1 sendok
makan.
Observasi
makan klien
|
Rini Hendari |
2
2
3
2
2
3
3
2
1
2
1
|
Selasa
26-03-02
07.30
08.00
08.20
08.30
09.00
10.00
12.00
12.15
13.00
|
Merapikan tempat tidur dan lingkungan klien.
Memberikan obat Ipepsan sebelum makan (1 sendok
makan)
Mengobservasi makan klie
Memberikan obat oral : Kalnex 1 tab( 250 mg), Cefspan (
50 mg), Kaltropen 1 tab.( 50 mg.
Mengambil pemeriksaan darah ( kreatini dan Ureum )
Memberikan
transfusi ke 3
Merawat luka daerah pemasangan PNS kiri dan kanan
Melakukan
observasi tanda-tanda infeksi.
Kolaborasi
dengan dokter obat Ipepsan ( habis)
Observasi vital sign ( TD. Nadi, RR, dan suhu )
Observasi makan klien, mengingatkan sebelumnya minum
Ipepsan 1 sendok makan
Observasi
intake dan out put
|
Rini Hendari |
|
Rabu
27-03-02
14.00
15.00
17.00
18.00
19.00
|
Observasi
vital sign( TD, Nadi, RR, dan suhu )
Membantu
merawat personal hygiene klien, mengenjurkan agar membersihkan kulit ,
memberi talk dan mengganti pakaian ( mengurangi gatal)
Memberikan
obat oral
Melakukan
observasi vital sign (TD, Suhu, Nadi
dan RR )
Melakukan
evalusi ( rencana pindah Bedah D)
|
Rini Hendari |
Evaluasi
Nama
Klien : Tn. A
Ruang : Bedah F
No.
DX
|
Hari/Tanggal/Jam
|
Evaluasi |
Perawat |
1
2
3
|
Rabu,27-03-02
1930
|
S. keluhan cegukan tidak ada
O.: intake
, 3200cc, out put 2700cc
Lab. Ureum : 13,3, kreatini, 0,97
A; Resiko kekurangan
cairan tidak terjadi
P.: Waspadai terus
keseimbangan cairan, teruskan intervensi 1,2,3 dan 4)
S.:Keluhan badan lemas,
berkurang, nafsu makan ada, mual-mual hilang, tapi dengan bantuan obat
ipepsan
O.:
Hb. 10,1mg/dl
A. Resiko terjadi gangguan
transport oksigen tidak terjadi
P. : Lanjutkan intervensi
1,2,3 dan 4
S. : Nyeri pada tempat
pemasangan PNS, tidak, bengkak, tidak, merah tidak keluar cairan exudat
tidak.
O. Tanda-tanda infeksi
tidak ada
A. Resiko infeksi tidak
terjadi
P.: Lanjutkan intervensi 1,2,3 sampai PNS dilepas.
|
Rini Hendari |
0 komentar:
Posting Komentar