A. DEFINISI
·
Tuberculosis
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).
·
Tuberkulosis
adalah infeksi yang disebabkan oleh Basil Tahan Asam
(BTA). Walaupun TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh, namun kuman ini
paling sering menyerang organ paru (www.kompas.com).
·
Menurut
Smeltzer (2001) Tuberkulasis (TB) adalah penyakit infeksius,
yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat pula ditularkan ke
bagian tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
·
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2001, hal 584).
·
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis (Lewis, 2000, hal 623).
B. ETIOLOGI
·
IBU
Sumber penularana penyakit tuberculosis
adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.
Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem
peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung
kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila
hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
·
JANIN
Tuberkulosis dapat
ditularkan baik melalui plasenta di dalam rahim, menghirup atau menelan cairan
yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup udara yang mengandung kuman TBC
setelah lahir.
C. MANIFESTASI
·
IBU
a.
Demam ringan,
berkeringat waktu malam.
b. Sakit
kepala
c. Takikardi
d. Anoreksia
e. Penurunan
berat badan
f. Malaise
g. Keletihan
h. Nyeri
otot
i.
Batuk: pada awal non produktif
j.
Sputum bercampur darah
k. Sputum
mukopurulen
l.
Krekels/rales di atas apeks paru
m. Nyeri
dada
·
BAYI
abortus, terhambatnya
pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke
janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB
congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan
bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan
limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum jelas,apakah
bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.
D. ORGAN
Organ yang biasa
terifeksi
·
Paru-paru (paling banyak)
·
otak
·
tulang
·
liver
·
ginjal
E.
PATOFISIOLOGI
1.Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer ialah penyakit TB yang timbul dalam
lima tahun pertama setelah terjadi infeksi basil TB untuk pertama kalinya
(infeksi primer) (STYBLO,1978 dikutip oleh Danusantoso,2000:102).
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet dalam udara. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1- 2 jam. Dalam suasana
lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini dapat terhisap oleh orang sehat ia akan menempel pada
jalan napas atau paru-paru. Bila menetap di jarigan paru, akan tumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan
paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosa pneumonia kecil dan disebut sarang
primer atau afek primer dan dapat terjadi di semua bagian jaringan paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar
getah bening hilus (limfangitis regional) yang menyebabkan terjadinya kompleks
primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
a.
Sembuh
sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
b.
Sembuh
dengan meninggalkan sedikit bekas (kerusakan jaringan paru).
c.
Berkomplikasi
dan menyebar secara :
1)
Per
kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya.
2)
Secara
bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga
kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
3)
Secara
linfogen, ke organ tubuh lainnya.
4)
Secara
hematogen, ke organ tubuh lainnya (Bahar, 1999:716)
2.Tuberkulosis Post-Primer (Sekunder)
Adalah kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan
muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis
dewasa (tuberkulosis post-primer). Hal ini dipengaruhi penurunan daya tahan
tubuh atau status gizi yang buruk. Tuberkulosis pasca primer ditandai dengan
adanya kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Tuberkulosis post-primer ini dimulai dengan sarang dini di regio atas
paru-paru. Sarang dini ini awalnya juga berbentuk sarang pneumonia kecil.
Tergantung dari jenis kuman, virulensinya dan imunitas penderita, sarang dini
ini dapat menjadi :
a.
Diresorbsi
kembali tanpa menimbulkan cacat
b.
Sarang
mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan sembuhan jaringan fibrosis
c.
Sarang
dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya
dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk jaringan
keju
d.
Bila
tidak mendapat pengobatan yang tepat penyakit ini dapat berkembang biak dan
merusak jaringan paru lain atau menyebar ke organ tubuh lain (Bahar, 1999:716)
F.
Peran Perawat dalam Kehamilan dengan TB
Dalam perawatan pasien hamil dengan TB perawat
harus mampu memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga tentang penyebaran
penyakit dan pencegahannya, tentang pengobatan yang diberikan dan efek
sampingnya, serta hal yang mungkin terjadi jika penyakit TB tidak mendapatkan
pengobatan yang adekuat. Pasien dan keluarga harus tahu system pelayanan
pengobatan TB sehingga pasien tidak mengalami drop out selama pengobatan dimana
keluarga berperan sebagai pengawas minum obat bagi pasien. Pemantuan kesehatan
ibu dan janin harus selalu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
mungkin terjadi akibat TB.
Perbaikan status nutrisi ibu dan
pencegahan anemia sangat penting dilakukan untuk mencegah keparahan TB dan
meminimalkan efek yang timbul terhadap janin.
G.
PENCEGAHAN PENULARAN TBC
Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
-
Menutup
mulut bila batuk.
-
Membuang
dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang diberi
lysol 5% atau kaleng yang berisi pasir 1/3 dan diberi lysol.
-
Makan
makanan bergizi.
-
Memisahkan
alat makan dan minum bekas penderita.
-
Memperhatikan
lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik.
-
Untuk
bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI,1998).
-
Bagi
para ibu yang sudah terkena TBC dan akan Memiliki buah hati, lebih baiknya
mengobati terlebih dahulu TB nya sehingga mengurangi adanya faktor resiko untuk
janin. Namun jika sudah terlanjur, harus lebih tanggap dan rajin kontrol ke
pihak medis. Serta teratur minum obatyang sesuai resep dokter.
Pendidikan
tentang sanitasi lingkungan pada keluarga dan pasien penting diberikan untuk
menghindari penyebaran penyakit lebih luas.
H.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Pemeriksaan
Radiologis
Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis. Pada awal penyakit dimana lesi masih
merupakan sarang-sarang pneumonia gambaran radiologis adalah berupa
bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas. Bila telah berlanjut,
bercak-bercak awan jadi lebih padat dan batasnya jadi lebih jelas. Bila lesi
sudah diliputi jaringan ikat akan terlihat bulatan dengan batas yang tegas.
Lesi ini dikenal dengan nema tuberkuloma.
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam
bayangan sekaligus (pada tuberkulosa lebih lanjut) seperti infiltrat +
garis-garis fibrotik + klasifikasi + kavitas (sklerotik/nonsklerotik).
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh, sehingga dikatakan
”tuberkulosis is the greatest imitator”(Bahar, 1996:719)
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan gambarang yang
bermacam-macam dan tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari
tuberkulosis (www.kompas.com).
I.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.
Pemeriksaan
Darah
Pada pemeriksaan darah yang diperiksa adalah jumlah
leukosit dan limfosit yang meningkat pada saat tuberkulosis mulai (aktif). Pada
pemeriksaan Laju Endap Darah mengalami peningkatan, tapi Laju Endap Daanh yang
normal bukan berarti menyingkirkan adanya proses tuberkulosis. Bila penyakit
mulai sembuh, jumlah leukosit mulai normal dan jumlah limfosit masih tetap
tinggi dan Laju Endap Darah mulai turun ke arah normal lagi (Bahar,1996:719).
2.
Pemeriksaan
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan
ditemukannya kuman BTA diagnosis tuberkulosis sudah bisa dipastikan. Penemuan
adanya BTA pada dahak, bilasan bronkus, bilasan lambung cairan pleura atau
jaringan paru adalah sangat penting untuk mendiagnosa TBC paru.
Pemeriksaan dahak dilakukan tiga kali yaitu : dahak
sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu berkunjung hari kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA positif. Bila satu pisitif, dua kali negatif maka pemeriksaan
perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif
maka dikatakan mikroskopik BTA positif, sedangkan bila tiga kali negatif
dikatakan mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan jenis kuman yang
menginfeksi perlu diakukan pemeriksaan biakan/kultur kuman atau biakan yang
diambil (Depkes RI,1998).
3.
Tes
Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan
0,1cc tuberkulin PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam
tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang
terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen
tuberkulin.
Hasil tes
mentoux dibagi dalam :
1) Indurasi
0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2) Indurasi
6-9 mm : hasil
meragukan
3) Indurasi
10-15 mm : hasil mantoux
positive
4)
Indurasi
lebih dari 16 mm : hasil mantoux
positif kuat
Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi
mantoux yamg positif (99,8%) Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni
pemberian BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih
banyak ditemukan daripada positif palsu (Bahar,1996:721).
J. TERAPI
YANG AMAN DIBERIKAN
·
Rifampisin (Kanamycin)
·
INH
·
Etambutol (cycloserine)
·
vitamin B6 (piridoksin),100mg perhari
Keefektifannnya tergantung dari:
•
Tipe infeksinya
•
Kecukupan dosis
•
Jangka lama pengobatannya (Terapi jangka
panjang, mungkin bisa 24 bulan)
•
Ketepatan memilih kombinasi obat
·
K.
PATHWAY
L.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
·
Bersihan jalan nafas tak efektif
·
Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas
·
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
· Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan TBC
M.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d
- adanya
secret
- Kelemahan
, upaya batuk buruk
- Edema
tracheal
·
Kriteria
Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan
ventilasi dan oksigenasi jaringan
Adekuat
·
Intervensi :
1.
Kaji
fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta penggunaan otot
asesoris (TTV)
2.
Pantau
Adanya Sianosis
3. Catat
kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efekttif
4.
Beri
posisi semi/fowler
5.
Beri
Air Hangat
6.
Ajarkan
Batuk Efektif
7. Kolaboras
pemberian oksigen
8. Kolaborasi
pemberian obat – obatan sesuai dengan indikasi
2.
Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d
- Penurunan
permukaan efektif paru , atelektasis
- Kerusakan
membran alveolar – kapiler
- Sekret
kental , tebal
- Edema
bronchial
·
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan
oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala
distress pernapasan
·
Intervensi
:
1. Kaji
Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya pernafasan , terbatasnya ekspansi
dinding dada , dan kelemahan
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat
sianosis dan atau perubahan pada warna kulit
3. Tingkatkan
tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan
4. Ajarkan
teknik distraksi relaksasi
5. Kolaborasi
oksigen
6. Posisikan
pasien semifouler
7. Kolaborasi
pemberian obat-obatan
8. Lakukan
pemeriksaan laboratorium untuk melihat Leokosit,trombit ibu.
9. Lakukan
pemeriksaan USG memantau janin ibu
10. Lakukan pemeriksaan rongsen dada
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d
- Kelemahan
- Sering
batuk / produksi sputum
- Anorexia
- Ketidakcukupan
sumber keuangan
·
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan
BB, menunjukkan perubahan perilaku / pola
hidup untuk meningkatkan /
mempertahankan BB yang tepat
·
Intervensi :
1.
Catat
status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integrtas mukosa oral , kemampuan menelan , riwayat
mual / muntah atau diare
2.
Kaji
input output
3.
Diet
TKTP
4.
Pasang
infus untuk memenuhi kebutuhan cairan ditubuh
5.
Awasi
masukan dan pengeluaran dan BB secara periodik
6. Selidiki
anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan dengan obat Dorong dan
berikan periode stirahat sering.
7. Berikan
perwatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan..
8. Kolaborasi
ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
9. Beri
Makanan Yang Tidak Menimbulkan Mual
10. Beri
Makanan Yang Disukai Tanpa Mengganggu Kesehatan Pasien
11. Beri
Makanan Sedikit Tetapi Sering
12. Konsul
dengan terapi pernafasan untuk jadual pengobatan 1-2 jam sebelum dan sesudah
makan.
13. Beri
vitamin B6 (piridoksin),100mg perhari
14. Lakukan
pemeriksaan laboratorium untuk melihat HB ibu.
15. Kolaborasi
antipiretik
4.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan TBC
Berhubungan dengan :
-
Keterbatasan kognitif
-
Tak akurat/lengkap informasi yang ada
salah interpretasi informasi
· Kriteria
hasil : Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan serta
melakukan perubahan pola
hidupdan berpartispasi dalam program pengobatan
· Intervensi :
1. Kaji
kemampuan psen untuk belajar
2. Identifikasi
gejala yang harus dilaporkan ke perawat
3. Tekankan
pentingnya mempertahankan proten tinggi dan det karbohidrat dan pemasukan
cairan adekuat.
4.
Berikan
interuksi dan informasi tertuls khusus pada pasien untuk rujukan.
5.
Jelaskan
dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan
lama.
6. Kaji
potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
7. minum
INH
8. Rujuk
untuk pemeriksaan mata setelah memula
dan kemudian tiap bulan selama minum etambutol
9. Dorongan
pasien/ atau orang terdekat untuk menyatakan takut / masalah. Jawab pertanyaan
dengan benar.
10. Menganjurkan
pasien selalu mengontrol ke pihak medis untuk mengecek baik kesehatan ibu
maupun janin
11. Beri
penkes kepada keluarga untuk menjadi PMO (Pendamping Minum Obat)
12. Beri
informasi tentang perawatan TB dirumah
13. Kaji
bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi
PENUTUP
Tingginya angka penderita TBC di
Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah iklim dan lingkungan
yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan
penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta
kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan
dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di
lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan. Karena
prevalensi TBC paru di Indonesia masih tinggi, dapat diambil asumsi bahwa
frekuensinya pada wanita akan tinggi. Diperkirakan 1% wanita hamil menderita TB
paru. Menurut Prawirohardjo dan Soemarno (1954), frekuensi bertambahnya jumlah
penduduk tiap tahunnya, dapat diperkirakan penyakit ini juga mengalami
peningkatan berbanding lurus dengan tingkat ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.
Pada umumnya, penyakit paru-paru
tidak mempengaruhi kehamilan dan persalinan nifas, kecuali penyakitnya tidak
terkonrol, berat, dan luas yang wanita hamil yang menderita TB paru di
Indonesia yaitu 1,6%. Dengan disertai sesak napas dan hipoksia. Walaupun
kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem pernapasan, karena uterus
yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke atas serta sisa udara
dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih
parah. TBC paru merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian yang
lebih terutama pada seorang wanita yang sedang hamil, karena penyakit ini dapat
dijumpai dalam keadaan aktif dan keadaan tenang. Karena penyakit paru-paru yang
dalam keadaan aktif akan menimbulkan masalah bagi ibu, bayi, dan orang-orang
disekelilingnya
DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto,
L.J.(2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa, Monica Ester. Ed.8.Jakarta
: EGC.
Corwin, Elizabeth.J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa,
Brahm.U.Pendit. Jakarta : EGC.
Danusantoso,
Halim.(2000). Buku Saku Ilmu Penyakit
Paru.Jakarta : Hipokrates.
Depkes RI.
(1998).Buku Pedoman Kader Kesehatan Paru.
Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI.
(2001).Panduan Pengawas Menelan Obat TBC.
Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI.
Indonesia Peringkat Ketiga Penderita TBC (online). Tersedia di: http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&taks=viewarticle&sid=407&itemid=2. (23 Juli 2005).
Erawati.
Indonesia Peringkat Ketiga Penderita TBC (online). Tersedia di: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/24/jateng/indo26.htm.
( 23 Juli 2005).
0 komentar:
Posting Komentar